Artikel Kesehatan

Artikel Kesehatan (218)

Artikel Kesehatan, Artikel Sunat, Metode Sunat,  Sunat Konvensional, Sunat Laser, Sunat Cauter, Sunat Klamp, Sunat Stapler, Sunat Lem

Sunat smart klamp merupakan metode terbaru yang diklaim lebih cepat, mudah, dan aman. Sejak diperkenalkan pertama kali di pameran alat kesehatan dunia di Dusseldorf, Jerman pada tahun 2001 silam, alat ini langsung melejit di pasaran. Pasalnya, smart klamp lebih praktis dibandingkan dengan alat lainnya dan bisa dilakukan di rumah-sunatan massal-klinik.

Di Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim, sunat lebih banyak dikatakan saat anak-anak mulai dewasa atau akil baliq. Namun, pada kondisi tertentu atau masalah kebudayaan, ada pria yang tidak sunat meski sudah dewasa. Akhirnya, karena ada masalah kesehatan seperti fimosis atau karena ingin lebih sehat, pria dewasa pun melakukan sunat.

Metode sunat yang dilakukan pada anak laki-laki atau mungkin pria dewasa ada banyak. Secara umum ada beberapa jenis sunat yang umum terjadi di Indonesia. Pertama adalah sunat konvensional yaitu pemotongan kulit kulup penis langsung menggunakan gunting atau pisau bedah. Dengan teknik ini waktu yang diperlukan untuk tindakan sunat relatif lebih lama, karena perdarahan relatif banyak dan diperlukan waktu untuk menghentikan pendarahan dan penjahitan kulit. Selanjutnya seiring dengan perkembangan zaman, teknik sunat pun ikut mengalami perkembangan, ada sunat klamp, stapler, lem, dan sunat laser yang akan kita bahas pada artikel ini.

Ayah Bunda ingin si kecil tumbuh sehat dan cerdas? Salah satu caranya adalah dengan memperhatikan setiap perkembangan bayi. Jika mampu memahami tanda khusus perkembangannya, Ayah Bunda bisa memberikan perlakuan yang tepat.

Memilih rumah sunat atau khitan untuk anak-anak ternyata tidak mudah loh ayah bunda. Ada banyak hal yang harus diperhatikan khususnya masalah kenyamanannya. Kalau rumah sunat tidak nyaman atau bentuknya mirip rumah sakit, anak akan cenderung rewel dan tidak mau diberi tindakan.

Salah satu ketakutan terbesar dari seorang ibu yang baru saja melahirkan buah hatinya adalah masalah perawatan. Karena masih pertama kali dan kondisi tubuh belum sembuh sempurna, bunda akan meminta bantuan nenek atau orang yang ahli merawat bayi hingga akhirnya keluar dari rumah sakit dan kembali ke rumah.

Bagi masyarakat Indonesia, sunat atau khitan bukan lagi sekadar tuntutan agama dan tradisi, melainkan juga telah dipandang perlu dari segi kesehatan. Sunat yang dalam bahasa medis disebut sirkumsisi ini diyakini bisa mencegah terjadinya infeksi dan penyakit kanker pada penis (zakar).

Usia bawah lima tahun (balita) merupakan masa penting dalam pertumbuhan anak. Rentang usia ini kerap disebut sebagai golden age atau usia emas. Ayah Bunda harus tahu, bahwa pertumbuhan di masa balita, menjadi landasan penting untuk perkembangan anak pada tahun-tahun berikutnya. Bahkan, sejatinya perkembangan terpesat anak dimulai sejak dalam kandungan hingga berusia 2 tahun yang dikenal sebagai 1.000 hari pertama kehidupan.

Proses sunat menjadi tahapan yang harus dilalui oleh umat Islam di Indonesia, khususnya yang berjenis kelamin laki-laki. Apalagi, menurut mazhab Syafi’i yang dianut oleh hampir sebagian besar umat Islam Indonesia, sunat memiliki hukum yang wajib bagi seorang laki-laki.

Khitan atau sunat menjadi tradisi yang sering dilakukan oleh masyarakat Indonesia, khususnya yang beragama Islam. Sunat dilakukan dengan memotong sebagian alat kelamin, baik pada laki-laki atau perempuan. Tradisi ini memang diajarkan dalam Agama Islam. Namun, bagaimana dengan hukumnya? Apakah wajib, sunah, atau mubah?

Masa penyembuhan dan kontrol setelah sunat itu tidak selalu ribet, kok. Termasuk bagi putra Ayah Bunda yang tidak sunat di Sunat 123 atau dengan kata lain sunat di klinik tetangga. Di Layanan Sunat 123, semuanya bisa menjadi lebih mudah, kami bisa melayani kontrol di rumah setelah sunat bagi segala usia. 

Meski terkesan lumrah, anak susah makan adalah salah satu momen paling meresahkan sekaligus menjengkelkan bagi para ibu. Membuat jengkel karena anak umumnya akan menolak atau bahkan membuang semua makanan yang tidak dikehendakinya. Sementara jika hal itu dibiarkan, keresahan akan kebutuhan dan kecukupan nutrisi juga tak henti menghampiri benak si ibu.

Artikel Kesehatan

Serba - Serbi