Pasien diabetes memiliki problem serius yang bisa dihadapi kapan saja dan di mana saja. Luka kecil yang muncul pada bagian tubuh tertentu, bisa berdampak pada tindakan amputasi. Langkah tersebut dilakukan karena luka yang sulit sembuh dan menimbulkan infeksi. Kondisi ini bisa terjadi pada beragam jenis luka, termasuk luka akibat sunat. Tidak heran kalau penderita diabetes was-was kalau ingin menjalani sunat.
Mayoritas masyarakat Indonesia kerap memilih untuk melakukan sunat ketika berusia anak-anak. Sunat ketika masa kanak-kanak, memberikan manfaat, salah satunya adalah pada saat anak-anak belum mempunyai resiko penyakit yang biassnya menyerang orang tua seperti penyskit jantung, ginjal, atau diabetes. Selain itu juga terhindar dari beragam jenis risiko kesehatan, seperti phimosis, infeksi saluran kemih, ataupun kanker penis. Meski begitu, ada pula beberapa kasus yang mengharuskan seseorang untuk melakukan sunat dewasa. Sebagai contoh, mereka yang termasuk sebagai mualaf.
Sebagai orang awam kita hanya mengenal sunat dilakukan pada pria dengan tujuan tertentu. Ada yang melakukan sunat karena tuntutan agama dalam hal ini kita akan membahas Islam. Selanjutnya, sunat juga digunakan untuk kebersihan dari kemaluan hingga menurunkan risiko penyakit menular seksual seperti HIV.
Mengkhitan anak adalah salah satu kewajiban yang mesti ditunaikan setiap orang tua muslim. Selain memenuhi syariat agama, proses memotong kulup (kulit yang menyelubungi ujung penis) ini juga memiliki manfaat medis yang sangat baik, salah satunya mencegah infeksi pada kelamin akibat smegma(sisa kemih yang tidak mengendap).
Setelah sunat, ayah bunda harus mengajarkan pada anak cara merawat dirinya sendiri meski ada pengawasan secara langsung. Dengan pengetahuan singkat cara merawat dirinya, mereka tidak akan melakukan hal-hal yang menyebabkan kemaluan jadi terluka, jahitan lepas, perdarahan, hingga yang paling parah mengalami infeksi.