dr. Iman Hilmansyah

dr. Iman Hilmansyah

Salah satu asumsi tentang manfaat sunat yang masih dipercaya masyarakat adalah khitan dapat membuat anak tumbuh besar dan tinggi dengan cepat. Selain fisik, hal ini biasanya didasarkan pada perubahan perilaku, seperti anak yang awalnya manja menjadi lebih mandiri dan terlihat dewasa setelah disunat. Benarkah?

 

Salah satu penyakit yang rentan menyerang organ kelamin adalah fimosis. Kondisi kesehatan in ditandai dengan kecilnya lubang kencing yang ada di kulup penis sehingga kulup tidak bisa ditarik ke arah belakang kepala penis. Fimosis umumnya terjadi pada bayi. Namun, tak jarang orang dewasa juga mengalami hal serupa.

Banyak penderita diabetes yang mengalami ketakutan ketika harus menjalani sunat. Penyunatan pada penderita diabetes sebenarnya sama dengan sunat biasa hanya pada penderita diabetes kadar gula yang tinggi bisa mempengaruhi proses penyembuhan bahkan meningkatkan resiko yang mungkin timbul. Ada begitu banyak risiko yang bisa terjadi, termasuk komplikasi beragam jenis penyakit. Pada kondisi yang kronis, komplikasi tersebut dapat berakibat amputasi ataupun kehilangan nyawa.

Pasien diabetes memiliki problem serius yang bisa dihadapi kapan saja dan di mana saja. Luka kecil yang muncul pada bagian tubuh tertentu, bisa berdampak pada tindakan amputasi. Langkah tersebut dilakukan karena luka yang sulit sembuh dan menimbulkan infeksi. Kondisi ini bisa terjadi pada beragam jenis luka, termasuk luka akibat sunat. Tidak heran kalau penderita diabetes was-was kalau ingin menjalani sunat.

Mayoritas masyarakat Indonesia kerap memilih untuk melakukan sunat ketika berusia anak-anak. Sunat ketika masa kanak-kanak, memberikan manfaat, salah satunya adalah pada saat anak-anak belum mempunyai resiko penyakit yang biassnya menyerang orang tua seperti penyskit jantung, ginjal, atau diabetes. Selain itu juga terhindar dari beragam jenis risiko kesehatan, seperti phimosis, infeksi saluran kemih, ataupun kanker penis. Meski begitu, ada pula beberapa kasus yang mengharuskan seseorang untuk melakukan sunat dewasa. Sebagai contoh, mereka yang termasuk sebagai mualaf.

Khitan atau sunat umumnya dilakukan saat masih kanak-kanak. Namun, tidak sedikit juga laki-laki yang menjalani proses sirkumsisi ketika dirinya sudah dewasa karena faktor tertentu, misalnya baru menjadi mualaf saat sudah memasuki usia baligh.

Setelah sunat, ayah bunda harus mengajarkan pada anak cara merawat dirinya sendiri meski ada pengawasan secara langsung. Dengan pengetahuan singkat cara merawat dirinya, mereka tidak akan melakukan hal-hal yang menyebabkan kemaluan jadi terluka, jahitan lepas, perdarahan, hingga yang paling parah mengalami infeksi.

Sudahkah Ayah Bunda mengetahui bagaimana cara merawat penis anak yang belum disunat? Jika belum, jangan berkecil hati. Hal ini sangat wajar karena masih banyak sekali orang tua yang belum mengerti tata cara perawatan penis anak yang belum dikhitan.

Pernahkah Ayah Bunda mendengar tentang sunat lem? Sesuai dengan namanya, sunat ini menggunakan lem, yakni cairan perekat khusus yang berfungsi untuk menutup luka setelah sunat. Meskipun metode sunat ini tergolong baru, tetapi penggunaan lem dalam dunia medis sudah digunakan sejak lama. Teknik ini sangat efektif untuk menyatukan bagian tubuh yang terluka, tanpa perlu dijahit.

Di Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim, sunat lebih banyak dikatakan saat anak-anak mulai dewasa atau akil baliq. Namun, pada kondisi tertentu atau masalah kebudayaan, ada pria yang tidak sunat meski sudah dewasa. Akhirnya, karena ada masalah kesehatan seperti fimosis atau karena ingin lebih sehat, pria dewasa pun melakukan sunat.

Page 3 of 5

Artikel Kesehatan

Serba - Serbi