Posisi uretra yang tidak normal tersebut akan menimbulkan beberapa gejala seperti bentuk penis melengkung ke bawah, percikan urin tidak normal saat buang air kecil, dan kulup hanya menutup bagian atas kepala penis. Hal tersebut mengakibatkan penderita hipospadia mengalami kesulitan saat buang air kecil dan mengganggu hubungan seksual saat dewasa.
Tipe Hipospadia
Hipospadia terdiri dari beberapa tipe berdasarkan letak orifisium atau posisi meatus uretra seperti berikut ini.
- Tipe Distal Peneana
Penderita hipospadia tipe distal peneana memiliki uretra yang terletak di bawah ujung batang penis.
- Tipe Mediana
Penderita hipospadia tipe mediana memiliki uretra yang terletak di bawah bagian tengah batang penis.
- Tipe Sub Coronal
Penderita hipospadia tipe sub coronal memiliki uretra yang terletak pada cekungan kepala penis (sulcus coronarius).
- Tipe Granular
Penderita hipospadia tipe granular memiliki uretra yang berada di kepala penis, tetapi letaknya masih berada di bawah kepala penis.
Di samping empat tipe di atas, masih ada lagi beberapa tipe hipospadia yang relatif lebih jarang terjadi seperti berikut ini.
- Tipe Perenial
Penderita hipospadia tipe perenial memiliki uretra yang terletak di antara anus dan buah zakar.
- Tipe Peneana Proximal
Penderita hipospadia tipe peneana proximal memiliki uretra yang terletak di bawah pangkal penis.
- Tipe Scrotal
Penderita hipospadia tipe scrotal memiliki uretra yang terletak tepat di sisi depan buah zakar (skrotum).
- Tipe Peno Scrotal
Penderita hipospadia tipe peno scrotal memiliki uretra yang terletak di antara buah zakar dan batang penis.
Diagnosis dan Penanganan Hipospadia
Diagnosis hipospadia dilakukan melalui pemeriksaan fisik setelah bayi dilahirkan tanpa adanya pemeriksaan penunjang. Namun pada kasus yang lebih kompleks, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan seperti pemeriksaan kromosom (jika tidak didapatkan testis) maupun pemeriksaan citra seperti USG dan rontgen.
Penanganan hipospadia lazimnya adalah melalui tindakan operasi. Dokter akan memperbaiki bentuk penis sehingga tidak lagi melengkung dan memindah uretra ke posisi seharusnya, yakni ke bagian ujung penis. Dengan begitu, penderita dapat buang air kecil dan fungsi seksual yang normal.
Operasi idealnya dilakukan saat bayi berusia 6 sampai 18 bulan. Operasi dapat dilakukan cukup sekali atau justru beberapa kali sesuai dengan kondisi hipospadia yang dialami. Dalam banyak kasus, fungsi penis bayi dapat kembali normal setalah operasi, tetapi kontrol rutin tetap perlu dipenuhi untuk memastikan kondisi dan perkembangannya.
Satu hal penting yang perlu diketahui adalah bahwa dalam prosedur ini pasien tidak disarankan untuk melakukan penyunatan terlebih dahulu karena bagian kulup sangat penting sebagai bahan penutup. Dokter mungkin akan memerlukan bagian tubuh ini untuk keperluan cangkok membuat lubang kencing baru.