Menariknya, sunat tidak terlepas dari berbagai mitos yang dikaitkan dengan proses sunat. Apa saja di antaranya? Yuk, simak ulasan seputar mitos sunat berikut ini.
Sunat Agar Anak Cepat Tinggi
Banyak orang tua yang mendorong anak untuk segera sunat supaya cepat tinggi dan besar. Apakah ada hubungan antara sunat dan penambahan tinggi badan anak? Menurut para praktisi kesehatan, pernyataan itu sama sekali tidak benar dan hanya mitos yang berkembang di masyarakat.
Dari segi kesehatan, sunat anak hanya bersifat anatomis sehingga tidak memengaruhi tumbuh kembangnya secara langsung. Adanya perubahan fisik pada anak setelah sunat hanya bersifat kebetulan. Hal ini karena waktu sunat biasanya hampir bersamaan dengan masa sebelum pubertas.
Pantang Makan Daging, Telur, dan Ikan
Salah satu mitos sunat yang masih cukup banyak dipercaya hingga saat ini adalah pantangan makanan. Jenis makanan yang disebut tidak boleh dimakan usai sunat adalah daging, telur, dan ikan. Salah satu alasannya karena makanan seperti telur bisa menyebabkan gatal sehingga mendorong anak untuk menggaruk penis.
Faktanya, daging, telur, dan ikan adalah sumber protein yang berguna untuk mempercepat penyembuhan luka. Dengan mengonsumsi jenis makanan tersebut, luka sunat justru akan lebih cepat pulih. Intinya adalah tidak ada pantangan makanan setelah anak menjalani sunat.
Disunat Oleh Jin
Apakah benar anak bisa disunat oleh jin? Masyarakat memercayai mitos ini karena suatu saat pernah ada anak yang kulit kulupnya tiba-tiba menghilang usai mandi. Meskipun tidak disunat, tampilan penis anak terlihat seperti baru saja disunat. Masyarakat memercayai bahwa anak tersebut telah disunat oleh jin.
Faktanya, kondisi tersebut di dunia medis dinamai paraphimosis. Ini adalah kondisi ketika kulit yang menutup kepala penis tertarik ke belakang. Apabila orang tua menemukan hal semacam ini pada anak, tindakan operasi perlu dilakukan untuk mengurangi risiko selanjutnya.
Dilarang Lari Tiga Hari Sebelum Sunat
Mitos lain yang berkembang di tengah masyarakat adalah larangan untuk lari sebelum sunat. Tidak tanggung-tanggung, anak tidak diperbolehkan untuk lari-larian selama tiga hari sebelum sunat. Menurut mitos tersebut, lari akan membuat darah akan lebih banyak keluar saat disunat.
Faktanya, darah yang keluar dalam jumlah banyak tidak disebabkan oleh aktivitas lari pada hari sebelumnya. Namun, hal ini dipicu oleh rasa tegang yang dialami anak menjelang proses sunat. Saat tegang, jantung berdetak lebih cepat. Inilah yang membuat darah keluar lebih banyak.
Telat Disunat Akan Makin Sulit
Waktu yang terbaik untuk disunat adalah saat masih bayi hingga menjelang akil balig. Biasanya hal ini disesuaikan dengan kesiapan, baik anak, orang tua, maupun pendukung lainnya. Namun, ada orang tua yang menetapkan waktu tertentu bagi anak supaya cepat sunat. Jika terlambat, mitosnya sunat akan makin sulit untuk dilakukan.
Mitos sunat ini ternyata tidak benar. Dengan berbagai metode yang tersedia saat ini, sunat bisa dijalankan, bahkan pada laki-laki dewasa. Metode sunat yang bervariasi bisa dipilih dari klinik yang menawarkan, misalnya layanan dari Sunat 123. Hasil yang didapatkan pun tidak ada bedanya, baik pada bayi, anak, maupun laki-laki dewasa.
Jadi, bisa dikatakan jika sebagian mitos tersebut sebenarnya memiliki alasan khusus di baliknya. Seiring waktu, mitos-mitos ini berkembang di masyarakat dan menimbulkan kesalahpahaman. Sebelum mempercayai sebuah pernyataan, Ayah Bunda perlu mengkonfirmasi kebenarannya terlebih dahulu, terutama kepada tenaga profesional yang mendalami seluk-beluk sunat anak.