Reverse Transcriptase - Polymerase Chain Reaction (RT-PCR)
PCR Swab atau yang dikenal juga dengan sebutan tes RNA virus, tes asam nukleat, dan tes molekuler adalah metode untuk mendiagnosis pola genetik (DNA atau RNA) virus dengan menggunakan air liur, lendir, atau cairan tubuh lainnya. Cara pengambilan sampel dilakukan dengan alat berupa kapas lidi yang dimasukkan ke rongga pernapasan atau tenggorokan yang dikenal dengan tekhik swab.
RT-PCR Swab bertujuan untuk mencari materi genetik virus SARS-COV-2. Terkait hasilnya bergantung dari lamanya terbentuknya perkembangan virus pada alat biakan. PCR Swab biasanya membutuhkan waktu minimal 1x24 jam hingga 3x24 jam setelah laboratorium menerima sampel.
Dibandingkan Test Rapid Antigen memiliki tingkat spesifisitas mencapai lebih dari 98.9% dan sensitifitas lebih dari 97.2%. Meskipun demikian, dalam beberapa kasus terdapat hasil negatif palsu, yakni hasil menunjukkan bahwa di dalam tubuh tidak terdapat virus, tetapi sebenarnya sudah terinfeksi virus.
Menurut dr. Zecky dari Sunat123, tingkat negatif palsu saat pengujian PCR Swab setelah lima hari gejala sebesar 20% dan mencapai 100% ketika awal infeksi. Selain negatif palsu, terdapat juga hasil tes yang menunjukkan positif padahal kenyataannya sudah tidak terdapat virus di dalam tubuh atau disebut dengan positif palsu. Hal ini bisa juga di sebabkan karena tekhnik yang kurang tepat dan kontaminasi sehingga perlu di konfirmasi kembali dengan gejala dan pemeriksaan laboratorium lainnya.
Namun demikian, pemeriksaan RT- PCR masih dinilai sebagai metode terbaik untuk mendeteksi dini virus COVID-19.
Rapid Test Antigen
Rapid Test Antigen direkomendasikan oleh WHO untuk pasien yang dicurigai pernah melakukan kontak langsung terhadap pasien COVID-19, pasien tanpa gejala, dan daerah transmisi yang berpeluang terkena infeksi secara luas.
Serupa dengan RT-PCR , Rapid Test Antigen juga membutuhkan lendir atau cairan sebagai sampel untuk memeriksa protein virus. Jika di dalam tubuh terdapat protein virus, maka hasilnya akan positif.
Kendati demikian, dr. Ali ? ( kenapa jd dr ali? Di awal dr.zecky? apa memang begitu?) menjelaskan bahwa tes ini tidak bersifat sensitif. Artinya, selama di dalam tubuh terdapat materi virus, baik COVID-19 ataupun bukan, hasilnya akan menunjukkan positif. Untuk memastikannya diperlukan tes RT- PCR Swab.
Rapid Test Antigen memiliki spesifitas lebih dari 97% dengan sensitivitas mencapai 80%. Risiko positif palsu dan negatif palsu cukup tinggi, terutama dalam keadaan sebelum tiga hari pragejala, setelah tujuh hari gejala muncul, atau ketika viral load rendah. Viral load adalah prediksi jumlah virus di dalam tubuh berdasarkan hasil dari pemeriksaan CT-Value.
Tingkat keefektifan Rapid Test Antigen hampir sama dengan durasi penularan pasien COVID-19 ke orang lain, yaitu setelah masa infeksius atau H+10 setelah bergejala. Meskipun hanya menjadi bagian dari screening awal pendeteksi COVID-19, hasil tes Antigen lebih akurat daripada Rapid Test Antibodi.
Dibandingkan RT-PCR , hasil negatif palsu Rapid Test Antigen cenderung lebih tinggi. Sisi baiknya, durasi pengujiannya lebih cepat, sekitar setengah jam. Biayanya juga lebih murah dan tidak memerlukan teknologi tinggi seperti pengujian molekuler. Inilah salah satu alasan sejumlah ahli merekomendasikan Rapid Test Antigen untuk pengujian berulang sebagai usaha membentengi diri dari COVID-19.
Dari penjelasan Rapid Antigen dan RT-PCR di atas dapat disimpulkan bahwa hasil tes RT- PCR lebih akurat dibandingkan Rapid Test Antigen. Sebagai praktisi kesehatan, Sunat123 mendorong Ayah Bunda untuk melakukan 3M, yakni memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak sebagai cara mencegah penularan COVID-19.