6 Budaya Khitanan Tradisional Orang Indonesia

Artikel Kesehatan Monday, 05 November 2018 22:35
Rate this item
(1 Vote)
sunat123.com - Budaya Khitanan Tradisional Orang Indonesia sunat123.com - Budaya Khitanan Tradisional Orang Indonesia

Indonesia mengenal luas budaya sunat alias khitanan, terutama pada anak lelaki dari keluarga Muslim. Akan tetapi, khitanan ternyata sudah ada sejak dulu dalam tradisi berbagai suku. Mulai dari Aceh hingga Bugis, tradisi sunat dilakukan dengan berbagai alasan, seperti menjaga kesehatan serta menanam harapan baik terhadap anak.

Berikut penjelasan tentang beberapa tradisi sunat populer di Indonesia.

1. Aceh Selatan

Daerah Aceh Selatan memiliki tradisi sunat yang dikenal dengan prosesi sunat rasul, pada tradisi tersebut disertai upacara pemberkatan serta doa untuk anak, baik lelaki maupun perempuan. Tujuannya biasanya untuk menolak bala serta menyambut kedewasaan, walau ada juga yang mencampurnya dengan tradisi sunat dalam Islam. Upacara sunat di Aceh Selatan biasanya ditandai dengan beberapa ritual unik, dimulai dengan duduak niniak mamak (duduk bersama sanak familia umtuk menentukan tanggal, hari dan bulan acara yang akan dilaksanakan), pasang tampek (persiapan acara yang langsung dipimpin oleh ketua pemuda setempat), duduak rami (duduk bersama masyarakat dan tokoh masyarakat untuk mengabarkan dan membahas acara di hari H), ba inai (memakaikan pewarna kuku pada anak yang akan disunat), basuntiang (pemberkatan oleh tetua adat), kenduri urang datang (ibu-ibu tetangga dating untuk masak-memasak untuk persiapan hari H), urang datang ( Hari H ketika para tamu suah mulai datang) ,mandi pucuak (upacara untuk memandikan dan menggunting rambut anak), menyerahkan ke mudin (menyerahkan ke tukang khitan), sunat (sunat berlangsung biasanya pada sore hari ketika para tamu telah pulang dan hanya tinggal sana familia), bajago ( anak yang di khitan selama tiga malam akan dijaga oleh para pemuda, tidak melakukan aktivitas apapun hanya tidur untuk membantu penyembuhan luka), dan terakhir adalah acara minta izin ( tuan rumah akan kembali mengundang tetangga dan tokoh masyarakat untuk mengucapkan terimakasih atas bantuan selama acara dan menyerahkan jamba atau nasi tumpeng kepada imam masjid, perangkat adat,ketua pemuda,dan tukang masak)

Tradisi sunat di Aceh biasanya juga dicampur dengan tradisi Islam. Dalam acara hajatan untuk merayakan sunat, keluarga mungkin mengadakan acara kenduri berisi doa bersama sebagai bentuk harapan terhadap si anak.

2. Jawa Barat (Sunda)

Di Jawa Barat, cukup beragam budaya dan adat istiadat masyarakat yang turut mengiringi dan melengkapi prosesi khitan ini. Salah satungnya masyarakat Sunda di Jawa Barat mengenal tradisi khitan unik yang termasuk paling ikonik di Indonesia. Biasanya, akan ada prosesi budaya atau tradisi dan kesenian yang dipadukan dengan kearifan lokal masyarakat Jawa Barat jelang Sunatan.

Hal ini karena adanya arak-arakan sisingaan, di mana anak yang hendak dikhitan didudukkan di atas singa besar sebelum diarak keliling desa. Ada juga yang mengarak anak menggunakan kuda renggong, yaitu kuda yang sudah terlatih. Arak-arakan ini disertai musik tradisional Sunda yang dinamis. Sisingaan ini juga biasanya mempraktekan seni pencak silat. Selain mempraktekan jurus-jurus silat, Sisingaan juga diiringi seni sulap terkadang juga atraksi Debus, yaitu menusuk atau mengiris bagian tubuh dengan benda tajam seperti silet, pisau, atau jarum.

Setelah diarak, anak biasanya dimandikan dengan air dingin sebagai persiapan sunat. Metodenya bisa menggunakan cara tradisional yang dilakukan bengkong (mantri sunat), namun kini, keluarga bisa memilih membawa si anak ke dokter. Acara ini biasanya diakhiri dengan pesta dan kesenian rakyat agar si anak melupakan rasa sakitnya.

3. Tengger

Masyarakat wilayah Tengger di kaki Gunung Bromo memiliki tradisi sunat untuk anak lelaki. Hari baik untuk melakukan khitanan adalah setelah hari lahirnya. Sehari sebelum dikhitan anak dibawa untuk nyekar untuk meminta izin kepada leluhurnya serta danyang. Pagi-pagi si anak dimandikan kramas dan dimanterai oleh dukun desa. Anak diberi pakaian baik dan diberi tempat duduk yang beralaskan kain “mori” (putih). Di atas kain mori diletakkan benang Lawe yang arahnya melintang. Kemudian si anak didudukkan dikursi tersebut dan siap untuk dikhitan. Lalu dukun desa mendoakan si anak dan keluarganya dalam upacara khusus. Ketika anak disunat, jengger ayam jantan bagian tengah akan dipotong pada saat yang bersamaan, karena adanya kepercayaan bahwa rasa sakit si anak bisa berpindah ke potongan jengger ayam tersebut. Sunatan ala Tengger biasanya dilakukan dengan bilah bambu tajam dilapisi silet.

Selamatan khitanan dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum khitanan dan setelah khitanan. Upacara sebelum khitanan dilakukan bahwa upacara dimulai dan mohon keselamatan baik si anak maupun keluarga serta hadirin. Selamatan kedua disebut selamatan piringan. Disediakan panganan sebanyak 7 piring yang berisi nasi piringan, ayam jantan, kain mori, uang sekedarnya dan fitrah. Fitrah ini berupa beras, pisang, kelapa dan gula.

4. Jakarta (Betawi)

Masyarakat Betawi masa kini memadukan tradisi sunat tradisional dengan unsur-unsur Islam. Dalam tradisi betawi sunat diartikan proses pembeda. Seorang anak laki-laki yang sudah disunat berarti sudah memasuki akil baliq karena sudah akil baliq maka ia dapat membedakan antara dunia anak-anak dan dunia dewasa. Anak lelaki biasanya disunat saat usia 7 tahun, seringkali setelah menamatkan Qur’an.

Zaman dulu, jika seorang anak lelaki yang akan disunat, bapak atau ibunya akan berembuk atau memusyawarahkan pelaksanaan upacara sunat. Dalam rembukan, biasanya selalu diajak orang tua atau sesepuh kampung yang nasihatnya akan dijadikan bahan pertimbangan. Tidak ketinggalan juga anak yang alan disunat diajak rembukan. Dalam rembukan tersebut mendiskusikan apakah anak sudah berani disunat atau belum, memilih dukun dan menentukan hari. Sebelum hari H anak anak dihias dan dipakaikan pakaian kebesaran disebut sebagai pengantin sunat. Sama seperti tradisi masyarakat Sunda, anak yang hendak disunat (“pengantin sunat”) didandani dengan pakaian tradisional lalu diarak keliling kampung menggunakan kuda. Arak-arakan ini diiringi musik tradisional seperti orkes tanjidor.

Keesokan harinya, anak disunat di rumahnya, biasanya menggunakan metode tradisional. Akan tetapi, banyak orang tua sekarang memilih memanggil dokter. Keluarga kemudian mengadakan hajatan dan mengundang orang sekampung untuk memberi selamat pada anak.

5. Makassar

Masyarakat Makassar mengenal upacara sunat bernama massunna, yang biasanya dilakukan pada anak lelaki usia 13 tahun sedangkan bagi perempuan disebut dengan Makkatte’ dan kegiatannya sendiri disebut dengan appasunna.
Upacara ini sekaligus bermakna penyucian diri bagi anak yang akan disunat maksudnya adalah segala korban dan hal-hal yang tidak baik dapat dihilangkan. Sama seperti di daerah lainnya, tradisi sunat di Makassar mengenal ritual seperti penghormatan terhadap anak yang akan disunat, upacara memandikan anak menggunakan air sumur keramat, hingga hajatan dengan sajian kue-kue tradisional.

6. Demak

Tradisi khitanan atau sunatan di daerah pesisir Demak, Jawa Tengah merupakan tradisi turun temurun sejak zaman dahulu. Bagi keluarga mampu dalam melaksanakan khitan akan menggelar acara selamatan dengan mengundang sanak saudara


Saat ini, banyak keluarga di Indonesia yang memilih metode sunat modern walau masih mengadakan upacara adat sebagai tradisi keluarga . Hal ini dilakukan sebagai pertimbangan kesehatan, kebersihan, dan keefisienan. Anda bisa menghubungi Sunat 123, rumah sunat yang menyediakan tenaga medis professional yang dapat melakukan khitan di rumah sehingga tetap dapat menyesuaikan dengan tradisi keluarga anda.

Last modified on Thursday, 27 July 2023 07:58

Artikel Kesehatan

Serba - Serbi